Apa itu Harakiri? Mengenal Ritual Bunuh Diri di Jepang
3 minute read
Harakiri atau yang lebih umum dikenal dengan sebutan "Seppuku" adalah sebuat bentuk ritual bunuh diri yang melibatkan pengeluaran isi perut. Pada artikel ini, kita akan mempelajari sejarah gelap dari harakiri, dan orang dengan tipe seperti apa yang melakukannya dan bagaimana ritual harakiri dilakukan.
Perhatian: Sebelum membaca lebih lanjut, konten artikel ini mengandung konten yang berisi tindakan sadis dan harap bimbingan dari orang tua. Artikel ini tidak cocok dibaca oleh anak dibawah umur.Apa arti dari Harakiri?
Harakiri ditulis dalam Bahasa Jepang seperti ini
腹切り
Kanji pertama 腹 fuku yang artinya 'perut' dan kanji kedua 切 setsu yang artinya 'memotong' ketika kedua kanji ini digabung maka artinya menjadi 'memotong perut'
Seppuku merupakan istilah yang lebih umum dan ditulis dengan kanji 切腹 yang merupakan kebalikan dari kanji 腹切り tetapi dengan arti yang sama.
Siapa yang melakukan Harakiri?
Harakiri pertama kali dicatat pada tahun 1180 selama masa perang Uji di perang Genpei. Penyair dan prajurit Minamoto no Yorimasa memotong perutnya sendiri setelah dikalahkan oleh klan Taira untuk mencegah kejatuhan ke tangan mereka. Sejak itu, harakiri merupakan sebuah tindakan, yang dilakukan selama perang feudal, dan dilakukan oleh para samurai untuk menghindari penangkapan dan penyiksaan oleh musuh. Harakiri terlihat seperti aksi yang terhormat. Harakiri juga merupakan hukuman mati yang dipaksakan kepada samurai oleh kaisar kerajaan oleh akibat pelanggaran serius. Samurai juga diketahui melakukan harakiri karena menyebabkan rasa malu yang besar pada diri mereka sendiri dan mereka menggunakannya sebagai bentuk protes terhadap tuan feodal atas keputusan dan tindakan tertentu.
Para istri samurai juga diketahui melakukan ritual bunuh diri setelah suaminya melakukan harakiri. Motif mereka juga untuk menghindari penangkapan dan untuk mempertahankan rasa hormat.
Pada masa Jepang modern, makna lain dari bunuh diri adalah gantung diri, membakar diri, dan melompat ke depan kereta yang sedang melaju kencang. Motivasi dibalik tindakan itu tidak biasanya adalah rasa malu, kegagalan dan tindakan protes.
Bagaimana ritual Harakiri dilakukan?
Metode yang paling umum digunakan untuk melakukan harakiri adalah menggunakan pisau pendek (短刀, 'tantou') yang ditusuk kedalam perut dan diiris dari kiri ke kanan untuk mengeluarkan isi perut. Tindakan ini sering dilakukan dihadapan para penonton.
Harakiri belum distandarisasi hingga periode Edo (1600-1867), ritual itu dimulai seperti terpidana mati. Samurai harus mandi, dan memakai baju kematian (死装束, shini-shouzoku) dan duduk di meja makan untuk menyantap makanan yang lezat yang disajikan sebagai makanan terakhirnya sebelum ia meninggal dunia. Setelah selesai makan, ia akan mengeluarkan pedang pendeknya, membungkusnya dengan kain agar tangannya tetap aman ketika memegang pedang dan menyebabkan kehilangan cengkraman dan secara malu menjatuhkannya. Kemudian dengan pedang yang dibiarkan, dia akan duduk dan menulis puisi kematiannya (辞世, jisei) sambil meminum secangkir sake.
Setelah persiapannya selesai, sang samurai kemudian melanjutkan proses eksekusi bersama asistennya yang biasanya seorang pendekar pedang yang berbakat. Para penonton akan menyaksikan saat samurai itu berlutut di tanah, menarik pedang pendeknya, dan menancapkannya ke perutnya, mengiris dari kiri ke kanan.
Setelah banyak darah yang mengalir, asisten kemudian akan mencabut pedangnya sendiri dan memenggal kepala samurai tersebut, hanya menyisakan lapisan kulit terakhir yang tersisa sehingga kepala tersebut akan menggantung dari tubuh, menyerupai bayi yang sedang tidur yang menyandarkan kepalanya di bahu ibunya.
Meninggalkan sebagian kepala tergantung juga untuk mencegahnya terbang ke arah petugas yang memeriksa. Tindakan memenggal kepala disebut 介錯 (kaishaku) dan meninggalkan kepala tetap tersambung sebagian ke badan disebut 抱き首 (dakikubi).
Harakiri menjadi begitu ritual selama bertahun-tahun sehingga pemenggalan kepala sering terjadi sebelum samurai memiliki kesempatan untuk mencabut pedangnya. Akhirnya, pemotongan perut untuk bunuh diri menjadi isyarat simbolis dengan lebih banyak penekanan ditempatkan pada eksekusi dengan pemenggalan.
Sehubungan dengan harakiri perempuan yang dilakukan oleh istri samurai, mereka sering berlutut sehingga ketika mayat mereka ditemukan, mereka akan ditemukan duduk dalam posisi tegak dan bermartabat yang disebut 正座 (seiza) mereka kemudian akan menggunakan pisau pendek untuk memotong leher mereka untuk memastikan kematian yang cepat sebelum musuh tiba.
Perhatian: Jika anda atau orang yang anda kenal memiliki keinginan untuk bunuh diri harap hubungi nomor darurat 911 agar mendapat tindakan dan penanganan lebih lanjut untuk mencegah tindakan bunuh diri.